Saat ini, banyak anak-anak yang sudah disodori smart phone. Bahkan anak-anak akan menangis atau merajuk jika tidak diberi atau dipinjamkan. Anak-anak lebih memilih bermain dengan smart phone-nya dibanding bermain dengan teman sebayanya.
Kita sudah jarang melihat anak-anak yang bermain petak umpet, layangan, lompat karet, congklak, egrang, sepak bola, gangsing, layangan, dan permainan jaman dulu lainnya.
Sebagai bunda atau kakak, kita berperan penting dalam kepribadian anak atau adik kita. Saya pernah melihat postingan dari akun sosial media -- Instagram. Postingan tersebut menginformasikan bahwa ada seorang anak yang mengalami masalah pada matanya. Hal tersebut disebabkan karena anak tersebut memainkan smart phone terlalu dini; belum saatnya menggunakan benda itu. Ditambah, anak tersebut memaikan dalam waktu yang sangat lama. Menurut saya hal ini bisa terjadi karena orang tua anak tersebut belum teredukasi mengenai dampak buruk yang ditimbulkan akibat memberikan smart phone terlalu dini kepada sang anak. Atau, orang tua tersebut telah mengetahui dampak yang akan ditimbulkan, namun tetap memberikan benda tersebut ke anaknya agar tidak menangis.
Sebagai orang tua atau kakak, kita harus bijak untuk mengedukasi anak-anak. Misalnya, mengajarkan anak untuk bermain permainan tradisional seperti yang telah saya sebutkan di atas atau ajak anak untuk membaca buku. Selain itu, kita bisa berkunjung ke PERPUSNAS bagian Layanan Anak. Di ruangan tersebut, anak-anak bisa belajar dan bermain.
Dengan menggunakan kaos jurusan yang saya dapat dari acara JIPCAMP serta tote bag dari @eye._.bag, saya berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Saya sampai di sana sekitar pukul 11.000 WIB dengan bantuan Google Maps. Karena lokasinya yang dekat dengan Monumen Nasional, sayapun mencari makan disekitarnya dan kembali ke Gedung PERPUSNAS pukul 1 siang
Dari rumah, saya sudah berniat untuk mengunjungi Layanan Anak, namun belum tahu pasti lokasinya di lantai berapa. Sambil mengelilingi lantai 1 PERPUSNAS, saya melihat suatu dinding yang berisi informasi terkait pemanfaatan di setiap lantai gedung perpustakaan ini.
Informasi Pemanfaatan Tiap Lantai Gedung PERPUSNAS
Seperti gambar di atas, dinding tersebut menginformasikan bahwa di lantai 7 terdapat Layanan Anak, Layanan Lansia, serta Layanan Disabilitas. Saya menemukan eskalator hanya sampai lantai 4. Jadi untuk ke lantai 7, saya harus antri untuk menggunakan lift. Karena memiliki gedung hingga lantai 24, hal itu membuat calon pengguna lift tersebut harus menunggu lama jika ingin menggunakan. Saya belum tahu; apakah gedung perpustakaan ini hanya mengandalkan lift dari lantai 4 hingga lantai 24, atau ada tangga darurat juga.
Setelah menunggu lift sekian lama, saya diberi kesempatan untuk menaiki lift untuk sampai ke lantai 7. Saat keluar dari lift, saya menemukan RFID Gate. Setelah saya melewatinya, saya melihat bahwa di sebelah kiri saya terdapat ruangan yang dikhususkan untuk pemustaka anak-anak, sedangkan di sebelah kanan saya terdapat ruangan yang dikhususkan untuk pemustaka lansia dan disabilitas.
Sebelum saya memasuki ruang atau layanan khusus anak-anak, saya diberitahu Kak Satpam di depan ruangan tersebut untuk membuka sepatu serta menyimpannya di sebuah loker sepatu yang disediakan di depan ruangan anak ini. Rak-rak tersebut memiliki ukuran yang pendek; sehingga anak-anak bisa menyimpan sepatunya dengan mandiri tanpa meminta bantuan dari orang dewasa. Lalu, saya masuk ke dalam ruangan tersebut. Di sebelah kanan pintu masuk terdapat komputer yang difungsikan untuk mencatat identitas pengunjung; di sampingnya ada pula komputer yang difungsikan untuk memberikan penilaian terhadap ruangan tersebut dengan menggunakan Emotikon. Misal,emotikon senyum memberikan penilaian yang memuaskan, serta emotikon sedih menunjukkan penilaian yang kurang memuaskan. Lalu, di sebelah kanan terdapat beberapa lukisan yang diletakkan pada bingkai-bingkai agar lebih rapih.
Komputer Untuk Visitor dan Komputer Penilaian Pemustaka
Komputer Visitor
Komputer Penilaian Kepuasan Pemustaka
Lukisan di Dekat Pintu Masuk
Lalu saya mulai mengamati fasilitas yang tersedia di sana. Saya melihat kursi-kursi yang tersedia memiliki ukuran yang sangat kecil. Tentu saja hal tersebut memiliki maksud tersendiri. Asumsi saya, hal ini dilakukan karena menyesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut; yaitu dikhususkan untuk anak-anak. Sehingga mempermudah pemustaka yang berkunjung. Selain kursi, semua fasilitas yang terdapat di ruangan ini juga disesuaikan dengan pemustakanya. Misalnya, meja berukuran mini dan juga dengan berbagai warna.
Kursi dan meja mini, serta karpet warna-warni
Di sini juga terdapat komputer yang bisa digunakan pemustaka sebagai bahan pembelajaran tentang teknologi. Bunda atau Kakak bisa mengedukasi bahwa komputer atau layanan internet boleh dipakai di umur tententu, dan harus digunakan untuk mencari hal-hal positif. Ada pula sebuah panggung yang bisa dimanfaatkan pemustaka untuk berekspresi, seperti bernyanyi. Untuk memudahkan pemustaka, rak-rak di sini juga dibuat dengan ukuran kecil. Jadi anak-anak tidak perlu loncat-loncat atau mengandalkan orang dewasa (baca: mandiri) saat ingin mengambil bahan pustaka.
Komputer di Layanan Anak
Panggung Sebagai Sarana Ekspresi
Rak Buku Mini
Dalam ruangan ini, terdapat ruangan kecil lagi. Ruangan tersebut menyediakan banyak boneka, serta meja dan kursi berwarna-warni pula. Sepertinya ruangan kecil ini dibuat memang dikhususkan untuk anak-anak yang ingin bermain boneka.
Ruangan Bermain Boneka
Oiya, bunda-bunda atau kakak-kakak tidak perlu khawatir jika anak-anak akan terjatuh di sini. Pasalnya, lantai di Layanan Anak ini sudah dilapisi dengan karpet agar anak tidak terluka saat terjatuh. Untuk menambah minat berkunjung, ruangan ini juga dibuat dengan konsep yang memiliki banyak warna; mulai dari karpet, meja, kursi, rak buku, mainan, dan sebagainya. Agar lebih menarik, di sini juga terdapat mural bergambar kartun dengan banyak warna pula.
Alas Karpet Warna-Warni
Dinding Mural Gambar Kartun
Dinding Mural Gambar Kartun
Dinding Mural Gambar Kartun
Selain fasilitasnya, koleksi di Layanan Anak juga disesuaikan dengan pemustakanya -- anak-anak. Koleksi yang tersedia yaitu buku-buku berbahasa indonesia dan bahasa inggris. Karena disesuaikan dengan pemustakanya, maka buku-buku tersebut didominasi oleh buku-buku yang memiliki banyak gambar, gambar berukuran besar, tulisan berukuran besar dengan jumlah kata yang sedikit, juga buku yang memiliki banyak warna. Selain itu, buku-buku ini juga memiliki klasifikasinya masing-masing. Coba lihat rak buku yang saya cantumkan di bawah ini.
Salah Satu Buku Di Layanan Anak
Klasifikasi Buku Pada Rak Mini
Buku-buku Berjudul Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK)
Dinding rak tersebut menginformasikan kepada pemustaka bahwa buku-buku yang terdapat di dalamnya merupakan buku-buku sastra; Fiksi Indonesia dan Fiksi Inggris. Selain itu, saya menemukan sebuah rak buku yang di dalamnya menyimpan buku-buku berjudul Kecil-Kecil Punya Karya. Oiya, dengan semua fasilitas yang disediakan di sini, kita tidak perlu membayar uang sepeserpun untuk berkunjung serta memanfaatkannya. Keren, bukan ?
Semoga artikel ini bisa mengedukasi para pembaca :). Aamiin.
Nah, aku sengaja menyempatkan diri untuk membuat vidio blog ini. Jika masih penasaran dengan Layanan Anak ini, kamu bisa tonton vidio di bawah ini ya :)
Semoga informasi yang tulis bisa mengedukasi pembaca. Juga, semoga makin kecil tingkat kecanduan anak atau adik kita pada smartphone. Aamiin.
10 Comments
Wah mana ini kak kontennya sudah tanggal 29😌
ReplyDeletesudah diupdate nih kak
ReplyDeletePerlu berapa menit tuh sampe dapet lift ? Soalnya emang terkenal lamaaaa liftnya wkwk
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDitunggu vlognya kak nascok:)
ReplyDeleteAku suka ke perpusnas hehe
ReplyDeleteku pengen bngt ngajak adik"ku kesiniiii
ReplyDeleteYaampun seru ya gaes
ReplyDeleteJadi mau kesana juga😍
ReplyDeleteNanti aku mau kesini ah
ReplyDeletePost a Comment