Seks. Apa yang langsung kalian pikirkan ketika mendengar kata tersebut ? Mungkin, sebagian besar orang langsung berpikir bahwa seks adalah hubungan badan. Padahal, seks itu artinya adalah jenis kelamin; yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis.
Pendidikan Seks merupakan suatu informasi atau pengetahuan yang diajarkan terkait dengan semua hal yang berhubungan dengan jenis kelamin. Informasi ini mencakup hal-hal yang dimulai dari pertumbuhan jenis kelamin (laki-laki maupun wanita), bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, bagaimana perkembangan alat kelamin pada wanita dan laki-laki, tentang menstruasi, mimpi basah, sampai timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya terkait dengan masalah perkawinan, kehamilan, dan sebagainya.
Pendidikan Seks atau yang  lebih dikenal dengan Sex Education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja; baik diajarkan melalui pendidikan formal maupun non formal. Ini merupakan hal penting mencegah kesalahpahaman tentang seks maupun tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Berikut merupakan beberapa hal pentingnya Sex Education
  1. Untuk mengetahui tentang informasi seksual
  2. Untuk memiliki atau meningkatkan pentingnya memahami masalah seksualitas
  3. Memiliki kesadaran atas fungsi-fungsi seksual 
  4. Mengetahui dan memahami masalah-masalah tentang seksualitas remaja 
  5. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas

Menjamurnya kasus kekerasan seksual merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan mengenai Sex Education yang seharusnya sudah mereka terima sejak kecil.  Baiknya, para orang tua mengganggap Sex Education merupakan hal yang penting, karena hal ini berkaitan dengan masa depan anak, terlebih untuk anak perempuan.
Beberapa hari ini, saya melihat twit (pesan yang dikirim melalui layanan jejaring sosial Twitter) @CatGoldwynMyr.  Dalam twit tersebut, dicantumkan juga screenshot percakapan di WhatsApp. Apa isi screenshot tersebut ?






Dari gambar-gambar sceenshot tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa perempuan tersebut kurang memahami tentang seksual. Menurut saya, kasus seperti ini bisa terjadi karena kurangnya Sex Education yang dimiliki, sehingga perempuan tersebut mau melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh pasangan yang belum menikah. Jika perempuan tersebut memiliki Sex Education yang cukup, kemungkinan terjadinya hal-hal serupa akan menipis. Kiranya, menurut saya seperti itu.
Hasil penelitian yang ditulis oleh  Ika Septiyaningsih yang teruang dalam skripsi berjudul Penelitian Survei Tentang Permasalahan-permasalahan Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seks Di Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten menyebutkan bahwa permasalahan-permasalahan orang dalam memberikan pendidikan seks diantaranya adalah terkait dengan masalah sikap (perasaan tidak enak karena tabu), terbatasnya pengetahuan, kurang memahami bagaimana mengomunikasikan pendidikan seks, dan sebagainya.
Lalu bagaimana sih cara penyampaian Sex Education yang tepat ? Sex Education bisa diberikan berdasarkan batasan umurnya, yakni sebagai berikut.
  • 1.  Usia 1-5 tahun. Memperkenalkan organ seks yang dimiliki; misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika sedang mandi. Perkenalkan anak secara singkat terkait dengan organ tubuh yang dimiliki; seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa untuk mengenalkan penis dan vagina. Jelaskan juga fungsi dari anggota tubuh serta cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman dan penyakit.
  • 2.  Usia 6-10 tahun. Beri pemahaman tentang jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), asal-usul manusia.
  • 3.  Usia menjelang remaja. Berikan penjelasan bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan serta perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat ketika memasuki masa pubertas. Misal; perempuan akan mengalami menstruasi, sedangkan laki-laki akan mengalami mimpi basah serta tumbunya jakun. 
  • 4.  Usia remaja. Berikan penjelasan terkait perilaku seks yang merugikan, misalnya seks bebas. Selain itu, tanamkan moral seperti “say no” untuk seks sebelum menikah.
Dari penjelasan terkait dengan Sex Education di atas, saya berharap bahwa tulisan ini dapat meningkatkan kesadaran kita terhadap pentingnya pendidikan seks, sehingga kasus-kasus pelecehan seksual makin menurun.


Daftar Referensi